TikTok Shop Berekspansi ke Amerika Serikat, Menghabiskan Rp271 Triliun untuk Menghadapi Amazon

Tahukah kamu bahwa TikTok, platform video pendek yang kamu gunakan setiap hari, sekarang mulai menjual barang? Ya, kamu tidak salah baca. Setelah sukses menguasai pasar Asia Tenggara, ByteDance, perusahaan induk TikTok, kini agresif berekspansi ke berbagai kawasan, termasuk Amerika Serikat. Menurut South China Morning Post, ByteDance berniat memperluas bisnis e-commercenya dengan nilai USD17,5 miliar atau setara Rp271 triliun di wilayah Amazon. Target ambisius ini tak hanya menciptakan persaingan dengan Amazon tapi juga dengan perusahaan e-commerce China lainnya, yaitu Temu dan Shein, dua perusahaan e-commerce China yang digemari masyarakat AS.

TikTok Shop Meluncur Di AS, Siap Kompetisi Dengan Amazon

TikTok Shop resmi meluncur di AS, siap bersaing dengan Amazon

Setelah mendominasi pasar Asia Tenggara, ByteDance secara agresif memperluas bisnis e-commercenya ke berbagai daerah, termasuk Amerika Serikat. Menurut South China Morning Post, induk perusahaan TikTok bermaksud memperluas bisnis e-commercenya dengan nilai USD17,5 miliar atau Rp271 triliun di wilayah Amazon.

Target destatoto ambisius ini tidak hanya menciptakan persaingan dengan Amazon tetapi juga persaingan dengan perusahaan e-commerce Tiongkok lainnya, yaitu Temu dan Shein, yang merupakan dua perusahaan e-commerce Tiongkok yang disukai masyarakat AS.

TikTok Shop siap bersaing di pasar AS yang kompetitif

Dengan dukungan keuangan dari ByteDance, TikTok Shop diharapkan dapat bersaing di pasar AS yang sangat kompetitif. TikTok Shop telah meluncurkan situs web resminya di AS dan mengumumkan rencana untuk bermitra dengan berbagai merek ternama di AS.

TikTok Shop juga berencana untuk mengembangkan fitur live streaming dalam aplikasi untuk memperkenalkan produk secara langsung kepada pengguna. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan memperkuat hubungan antara penjual dan pembeli.

Dengan mengandalkan popularitas TikTok di kalangan generasi muda AS, TikTok Shop berpotensi untuk bersaing dengan raksasa e-commerce seperti Amazon, terutama dalam segmen fesyen dan kecantikan. Namun, perlu diingat bahwa persaingan di AS akan jauh lebih ketat daripada di Asia Tenggara. Apakah TikTok Shop mampu bertahan dan berkembang pesat di AS? Kita tunggu saja.

TikTok Shop Kucurkan Dana Rp271 Triliun Untuk Ekspansi Ke As

TikTok Shop menghabiskan dana sebesar USD17,5 miliar atau setara Rp271 triliar untuk memperluas bisnis e-commerce mereka ke Amerika Serikat. Dengan anggaran yang fantastis ini, ByteDance, perusahaan induk TikTok, berencana untuk bersaing dengan raksasa e-commerce Amazon di wilayahnya sendiri.

Target ambisius ini tidak hanya menciptakan persaingan dengan Amazon, tetapi juga dengan perusahaan e-commerce Tiongkok lainnya yang disukai masyarakat AS, yaitu Temu dan Shein. Kedua perusahaan e-commerce Tiongkok ini telah mendapatkan banyak penggemar di kalangan masyarakat Amerika.

Ekspansi ke Pasar AS

Setelah mendominasi pasar Asia Tenggara, ByteDance sekarang sedang mengembangkan bisnis e-commerce mereka secara agresif ke berbagai wilayah, termasuk Amerika Serikat. Menurut South China Morning Post, induk perusahaan TikTok berniat memperluas bisnis e-commerce mereka senilai USD17,5 miliar atau Rp271 triliun di wilayah Amazon.

Ekspansi global ini membuktikan bahwa TikTok Shop tidak hanya berfokus pada pasar Asia Tenggara saja. Mereka juga melihat potensi pertumbuhan e-commerce di Amerika Utara. Dengan dukungan keuangan dari perusahaan induknya, ByteDance, TikTok Shop berencana untuk bersaing di kancah global bersama dengan perusahaan teknologi Tiongkok lain seperti Alibaba, Tencent, dan JD.com.

TikTok Shop berharap dapat mengulangi kesuksesan mereka di Asia Tenggara dengan meraih pangsa pasar e-commerce di Amerika Serikat yang diperkirakan mencapai USD709 miliar pada tahun 2022. Apakah TikTok Shop mampu bersaing dengan Amazon dan sesama perusahaan e-commerce Tiongkok lainnya di Amerika? Kita tunggu saja perkembangannya.

TikTok Shop Bersaing Dengan Raksasa E-Commerce Tiongkok Lain Di As

TikTok Shop harus bersaing dengan raksasa e-commerce Tiongkok lainnya di AS. Seperti yang kita ketahui, TikTok Shop adalah layanan e-commerce milik ByteDance, perusahaan induk TikTok. Setelah mendominasi pasar Asia Tenggara, ByteDance secara agresif memperluas bisnis e-commercenya ke berbagai wilayah, termasuk Amerika Serikat.

Menurut South China Morning Post, ByteDance berniat memperluas bisnis e-commercenya senilai USD17,5 miliar atau Rp271 triliun di wilayah Amazon. Target ambisius ini tidak hanya menciptakan persaingan dengan Amazon tetapi juga persaingan dengan raksasa e-commerce Tiongkok lainnya, yaitu Temu dan Shein. Kedua perusahaan e-commerce Tiongkok ini sangat digemari oleh masyarakat AS.

  • Temu, yang didirikan pada 2020, menjual pakaian dan aksesoris wanita dengan harga terjangkau. Temu telah memiliki basis pelanggan setia di AS dan terus berkembang pesat.
  • Shein, yang didirikan pada 2008, juga menjual busana dan aksesoris wanita dengan harga murah. Shein dikenal sebagai “fast fashion destination” dan telah memiliki jutaan pelanggan di AS.

Dengan hadirnya TikTok Shop di AS, persaingan di industri e-commerce fashion sangat ketat. TikTok Shop harus memiliki strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan, seperti menawarkan produk-produk unggulan dengan kualitas terbaik dan harga terjangkau, layanan pengiriman yang cepat, dan program loyalitas menarik untuk para pelanggannya. Jika TikTok Shop dapat memenuhi ekspektasi pelanggan AS, mereka berpotensi untuk menjadi raksasa e-commerce berikutnya di negeri Paman Sam tersebut.

Tantangan TikTok Shop Dalam Menghadapi Amazon Di Pasar As

Sebagai perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara, ByteDance ingin merebut pangsa pasar di Amerika Serikat dengan ekspansi TikTok Shop. Mereka berambisi untuk bersaing dengan raksasa e-commerce Amazon dengan nilai USD17,5 miliar atau setara Rp271 triliun.

Tantangan Besar TikTok Shop

Ekspansi ke AS bukanlah hal yang mudah. Sejumlah tantangan besar menunggu TikTok Shop, di antaranya adalah persaingan dengan Amazon dan e-commerce Tiongkok lainnya yang sudah diterima masyarakat AS seperti Shein dan Temu.

Amazon sudah mendominasi pasar e-commerce di AS selama bertahun-tahun. Mereka memiliki infrastruktur logistik dan kepercayaan pelanggan yang sulit diraih. Sedangkan Shein dan Temu sudah lebih dulu masuk ke pasar AS dan diterima dengan baik oleh konsumen AS karena menawarkan fashion dengan harga terjangkau.

TikTok Shop harus mampu menawarkan pengalaman berbelanja online yang unik dan menarik minat generasi muda pengguna TikTok. Mereka perlu mengandalkan influencer TikTok untuk mempromosikan produk dan layanan mereka. Selain itu, TikTok Shop harus menyediakan pilihan produk yang lengkap dengan harga kompetitif serta layanan pengiriman yang cepat dan efisien.

Jika TikTok Shop berhasil mengatasi berbagai tantangan ini dan menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan bagi konsumen AS, mereka berpotensi untuk merebut sebagian pangsa pasar Amazon. Akan tetapi, perjalanan TikTok Shop masih panjang dan penuh rintangan. Kita lihat saja apakah ByteDance mampu mencapai target ambisiusnya di negeri Paman Sam tersebut.

Prospek Kesuksesan TikTok Shop Di Pasar E-Commerce As

TikTok Shop memiliki prospek sukses di pasar e-commerce AS jika strategi ekspansinya dilakukan dengan tepat. Dengan dukungan finansial dari ByteDance senilai USD17,5 miliar atau Rp271 triliun, TikTok Shop memiliki kesempatan untuk bersaing di Amerika Serikat.

Produk yang diminati konsumen AS

TikTok Shop perlu menyediakan produk yang diminati konsumen AS seperti fashion, kosmetik, dan elektronik dengan harga terjangkau. Produk-produk ini selalu menjadi favorit belanja online konsumen AS di situs seperti Amazon, Target, dan Walmart.

Kerja sama dengan influencer

TikTok Shop dapat bekerja sama dengan influencer TikTok yang memiliki pengikut di AS. Influencer dapat mempromosikan produk TikTok Shop di akun TikTok mereka. Hal ini akan menarik perhatian pengguna TikTok AS untuk berbelanja di TikTok Shop.

Layanan pengiriman yang efisien

TikTok Shop perlu menyediakan layanan pengiriman yang cepat dan efisien bagi konsumen AS yang terbiasa dengan layanan seperti Amazon Prime. Layanan pengiriman yang lambat dapat menurunkan minat konsumen AS untuk berbelanja di TikTok Shop.

Promosi yang menarik

TikTok Shop perlu melakukan promosi yang menarik di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk meningkatkan kesadaran konsumen AS terhadap keberadaan TikTok Shop. Promosi yang kreatif dan interaktif dapat membuat TikTok Shop lebih dikenal di AS.

Jika TikTok Shop dapat menerapkan strategi di atas, prospek suksesnya di pasar e-commerce AS terbuka lebar. Namun, persaingan dengan Amazon dan e-commerce China lainnya tetap menjadi tantangan tersendiri.

Conclusion

Kamu pasti tertarik dengan berita ini. Setelah mendominasi pasar Asia Tenggara, ByteDance kini berniat memperluas bisnis e-commerce mereka ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Niat ambisius ini tentu saja akan menciptakan persaingan dengan raksasa e-commerce seperti Amazon, dan juga dengan perusahaan e-commerce China lainnya yang sudah digemari masyarakat Amerika seperti Temu dan Shein.

Dengan dukungan dana senilai USD17,5 miliar atau Rp271 triliun, TikTok Shop berpotensi untuk bersaing di kandang Amazon. Apakah kamu yakin ByteDance mampu menggeser tahta Amazon di Amerika? Atau malah akan kalah telak seperti yang dialami perusahaan China lainnya? Yang jelas, persaingan di ranah e-commerce global akan semakin panas. Akan sangat menarik untuk menyaksikan bagaimana TikTok Shop berupaya merebut hati konsumen Amerika di tengah dominasi Amazon.

PHK Besar-Besaran, Google Dan Amazon Bakal Pecat Ratusan Karyawan

Siapapun pasti tidak menyukai berita tentang PHK. Kita semua tentu berharap bisa bekerja di tempat yang stabil dan aman, tanpa khawatir kehilangan pekerjaan kapan saja. Sayangnya, hal tersebut terkadang tidak bisa dihindari, terutama di sektor teknologi yang sangat dinamis. Menjelang akhir tahun 2023, raksasa teknologi seperti Google, Snap, dan Amazon dikabarkan akan melakukan PHK besar-besaran yang berdampak pada ratusan karyawan.

PHK Kembali Marak Di Perusahaan Raksasa Teknologi Menjelang Akhir 2023

PHK Kembali Marak Di Perusahaan Raksasa Teknologi Menjelang Akhir 2023

Raksasa teknologi seperti Google, Amazon, dan Snap kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar menjelang akhir tahun 2023. Google misalnya, melakukan pemangkasan staf di tim Pengguna dan Produk yang menangani keluhan pelanggan. Di Amazon, staf divisi musik yang terkena dampak PHK kali ini. Sedangkan Snap memberhentikan staf di tim manajemen produk.

PHK kali ini berdampak pada posisi manajemen produk, layanan konsumen, dan teknik di seluruh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya operasional di tengah perlambatan ekonomi global. Tindakan ini tentu saja berdampak buruk bagi para karyawan yang di-PHK.

  • Cari lowongan kerja baru secepatnya. Perusahaan teknologi lain seperti Microsoft, Samsung atau Apple mungkin sedang membuka lowongan.
  • Tingkatkan keahlian dan keterampilan. Ikuti kursus atau pelatihan online untuk memperluas kesempatan mendapatkan pekerjaan baru.
  • Jaringan dan perluas koneksi. Hubungi teman, kolega atau mentormu. Siapa tahu mereka tahu lowongan kerja yang cocok untukmu.
  • Jangan putus asa. Tetap optimis, fokus pada hal positif dan yakin akan segera menemukan pekerjaan baru.

Dengan langkah-langkah di atas, para karyawan yang terkena PHK diharapkan bisa segera bangkit dan mendapatkan pekerjaan baru. Semoga langkah PHK yang diambil perusahaan teknologi raksasa ini bisa dimaklumi dan tidak berdampak buruk pada perekonomian secara umum.

Google Dan Amazon PHK Ratusan Karyawan Di Berbagai Divisi

Google dan Amazon akan melakukan PHK ratusan karyawan di JORDAN188 berbagai divisi menjelang akhir tahun 2023. Menurut laporan Indian Express, pemutusan hubungan kerja (PHK) kali ini menyasar posisi manajemen produk, layanan konsumen, dan teknik di kedua perusahaan raksasa teknologi tersebut.

Tim Pengguna dan Produk Google

Di Google, departemen Pengguna dan Produk yang menangani keluhan pelanggan dilaporkan terkena dampak PHK. Tim ini bertugas menanggapi pertanyaan dan masukan dari pengguna Google seputar produk seperti Google Search, Google Maps, hingga Google Drive. Dengan berkurangnya jumlah staf di tim ini, pelayanan purna jual Google kepada pengguna bisa terganggu.

Staf Musik Amazon

Sementara itu, di Amazon pemutusan hubungan kerja menyasar staf divisi musik. Amazon Music sudah lama bersaing dengan Spotify dan Apple Music dalam industri streaming musik. PHK karyawan di divisi ini bisa melemahkan upaya Amazon dalam persaingan streaming musik.

Snap PHK Staf Manajemen Produk

Perusahaan media sosial Snap juga melakukan PHK terhadap staf manajemen produknya. Snapchat, produk utama Snap, tengah berusaha meningkatkan popularitas di kalangan remaja dan dewasa muda. Pemangkasan staf di manajemen produk Snapchat bisa memperlambat inovasi fitur baru pada aplikasi ini.

Dengan melakukan PHK di berbagai divisi, Google, Amazon dan Snap berupaya menghemat biaya operasional di tengah tantangan ekonomi global. Namun, pemangkasan staf ini juga berisiko melemahkan layanan purna jual dan inovasi produk, sehingga berdampak pada pengalaman pengguna.

Snap Ikut Memberhentikan Staf Manajemen Produk Akibat PHK

Sebagai perusahaan teknologi terkemuka, Snap juga terkena dampak pemangkasan karyawan tahun ini. Tim manajemen produk Snap kabarnya terkena PHK, yang berarti bahwa mereka kehilangan beberapa staf yang mengawasi pengembangan dan peluncuran fitur serta produk baru.

Dampaknya pada Produk dan Pengguna

Dengan berkurangnya staf manajemen produk, kemungkinan Snap akan memperlambat atau menunda peluncuran fitur dan produk baru dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini dapat berdampak pada pengalaman pengguna dan interaksi mereka dengan platform Snapchat. Jika tidak ada staf yang cukup untuk mengawasi pengujian dan peluncuran fitur baru, ada kemungkinan fitur tersebut diluncurkan dengan bug atau masalah yang dapat mengganggu penggunaan Snapchat.

(-) Mengurangi jumlah staf manajemen produk dapat menyebabkan tim teknis kelelahan karena beban kerja yang bertambah.

(-) Snap mungkin perlu memprioritaskan perbaikan bug dan masalah daripada pengembangan fitur baru untuk sementara waktu.

(-) PHK dapat berdampak pada moral staf Snap yang tersisa dan kepercayaan diri perusahaan.

Langkah Selanjutnya

Untuk meminimalisir dampak dari pemangkasan staf manajemen produk, Snap perlu:

(1) Memperlambat jadwal peluncuran fitur baru dan fokus pada perbaikan produk yang sudah ada.

(2) Mengoptimalkan proses rekrutmen untuk posisi manajemen produk yang masih kosong.

(3) Secara terbuka dan transparan berkomunikasi dengan staf mengenai rencana perusahaan ke depan pasca PHK.

(4) Menjaga kesejahteraan staf yang tersisa dan memberikan dukungan tambahan jika diperlukan.

Dengan langkah-langkah ini, Snap dapat melewati masa sulit akibat PH

Apa Penyebab PHK Besar-Besaran Di Perusahaan Teknologi?

Sejumlah faktor dapat menyebabkan perusahaan teknologi melakukan PHK besar-besaran. Salah satu penyebab utamanya adalah penurunan permintaan produk dan layanan perusahaan yang berdampak pada penurunan pendapatan. Ketika pendapatan turun, perusahaan perlu melakukan pemangkasan biaya untuk mempertahankan keuntungan dan kelangsungan usahanya.

Salah satu biaya terbesar perusahaan adalah biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, PHK seringkali menjadi pilihan untuk mengurangi biaya. Apalagi, di era pandemi Covid-19 ini, banyak perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan akibat lesunya perekonomian. Mereka terpaksa melakukan efisiensi, termasuk dengan melakukan PHK.

Perubahan model bisnis perusahaan juga bisa menyebabkan PHK. Misalnya, perusahaan beralih ke otomatisasi dan digitalisasi sehingga membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja manusia. Atau perusahaan menghentikan produk dan layanan tertentu yang membutuhkan tenaga kerja spesifik, sehingga tenaga kerja tersebut tidak lagi dibutuhkan.

Perubahan dalam manajemen puncak perusahaan seperti CEO baru yang ingin melakukan restrukturisasi organisasi juga dapat memicu PHK. CEO baru mungkin ingin mengganti tim manajemen atau staf yang sudah ada dengan tim dan staf baru yang sesuai visinya.

Terlepas dari penyebabnya, PHK besar-besaran selalu berdampak buruk pada karyawan yang terkena PHK. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan melakukan PHK sebagai pilihan terakhir setelah mencoba semua opsi lain untuk mengurangi biaya. Jika PHK tetap dilakukan, perusahaan harus memberikan pesangon dan kompensasi yang adil pada karyawan yang terkena PHK.

Bagaimana Menghadapi Gelombang PHK Di Industri Teknologi?

Jika Anda terkena PHK dari perusahaan teknologi raksasa, jangan panik. Ini bukan akhir dari dunia, meskipun dapat terasa menakutkan. Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghadapi gelombang PHK di industri teknologi:

Pertama, perbarui CV Anda dan mulailah mencari pekerjaan baru sesegera mungkin. Segera daftarkan diri Anda ke situs pencari kerja profesional seperti LinkedIn, Monster dan JobStreet. Promosikan keterampilan dan pengalaman Anda di sana.

Kedua, jaring dan hubungi rekan kerja, klien, dan mantan atasan Anda. Mintalah mereka untuk merekomendasikan Anda ke perusahaan lain. Seringkali, lowongan pekerjaan tidak pernah diiklankan dan hanya diketahui melalui jaringan perusahaan.

Ketiga, pertimbangkan untuk memperluas keterampilan Anda. Ikuti kursus online atau pelatihan untuk mempelajari keterampilan baru yang dapat meningkatkan nilai Anda di pasar kerja. Belajar coding, pemasaran digital atau bahasa asing mungkin dapat membantu.

Keempat, jika perlu, pertimbangkan untuk pindah ke kota atau negara lain yang memiliki pasar tenaga kerja teknologi yang lebih kuat. Teknologi adalah industri global, jadi jangan batasi pencarian Anda hanya pada lokasi saat ini.

Terakhir, tetaplah berpikiran positif. PHK bukan akhir dari dunia dan bukan kesalahan Anda. Tetaplah fokus pada tujuan Anda untuk mencari pekerjaan baru, dan yakinlah bahwa ada perusahaan lain yang akan memanfaatkan keahlian Anda. Semangat dan jangan menyerah!

Conclusion

Dalam bisnis teknologi, PHK seperti ini bukanlah hal yang tidak biasa, terutama menjelang akhir tahun. Raksasa seperti Google, Amazon, dan Snap secara rutin melakukan pemangkasan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan tren. Meski karyawan yang terkena dampaknya tentu kecewa, langkah ini diperlukan agar perusahaan tetap ramping dan inovatif.

Bagi kita sebagai konsumen, yang perlu dilakukan hanyalah terus mengikuti perkembangan layanan dan produk dari raksasa teknologi ini. Siapa tahu fitur baru yang lebih baik dan lebih berguna untuk kehidupan sehari-hari akan hadir tak lama lagi. Yang jelas, Google, Amazon dan Snap masih akan terus berinovasi dan bersaing untuk mendapatkan hati kita para pengguna setianya.